Gambaran Pemberian ASI Dini dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Dini (kode033)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakanlah program pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah (DepKes RI, 2004).
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang optimal adalah tingkat kesehatan yang tinggi dan mungkin dapat dicapai suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus diusahakan peningkatannya secara terus-menerus (UU Kes. No. 23, 1992, Bab II Pasal 3).
Pada pertemuan tahunan ke-27 tahun 1974 di Genewa, World Health Organization (WHO) menyusun suatu resolusi Gizi Bayi dan pemberian Air Susu Ibu (ASI), yang isinya: ASI adalah makanan ideal bagi bayi, agar ibu-ibu yang mempunyai bayi menyediakan waktu lebih lama untuk menyusui bayi, agar negara-negara anggota WHO mempromosikan ASI melalui tenaga medis, ibu-ibu dan masyarakat umum. International Pediatric Association: Organisasi ini telah mengadakan diskusi, seminar dan simposium ilmiah tentang ASI, gizi, infeksi dan alih pengetahuan (penyuluhan). Pendidikan ASI dan cara menyusui dapat dilakukan melalui profesi medis, paramedis, media massa, melalui anak-anak dan pendidikan yang dianggap berpengaruh. Usaha-usaha yang dilakukan organisasi ini adalah: pembatasan promosi Pengganti ASI (PASI), dan pelayanan kesehatan dan pengorganisasian pemberian ASI. Juga disarankan untuk membuat kebijaksanaan dan penyediaan fasilitas menyusui dan pengaturan kelahiran serta penelitian tentang ASI. WHO dalam buku Facts for Life untuk beberapa bulan pertama, ASI saja merupakan makanan terbaik untuk bayi (ASI Eksklusif), bayi baru memerlukan makanan tambahan di usia 4 - 6 bulan (Soetjiningsih, 1995: 165).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi sedini mungkin setelah persalinan diberikan tanpa jadwal dan tidak ditambah makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004: 3). Pemberian ASI Eksklusif adalah cara yang paling kuno dan paling sehat. Sejak tahun 2006 lalu Departemen Kesehatan bersama United Nations Children’s Fund (UNICEF) melatih tenaga kesehatan dan kader masyarakat tentang konseling menyusui dengan tujuan meningkatkan pemberian ASI Eksklusif yang dapat mengurangi masalah kurang gizi serta kematian balita di Indonesia. Menurut Kepala Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Dr. Gianfranco Ratigliano, peningkatan pemberian ASI Eksklusif kepada bayi-bayi Indonesia akan mengurangi masalah gizi dan kesehatan balita. Data UNICEF menyebutkan, pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah kematian sekitar 1,3 juta bayi di seluruh dunia tiap tahun.Tetapi kesadaran masyarakat Indonesia untuk pemberian ASI masih sangat memprihatinkan, meski pemerintah gencar mengkampanyekan pemberian ASI Eksklusif bagi bayi 0 – 6 bulan. Menurut Meutia Hatta Swasono cakupan ASI Eksklusif 6 bulan masih rendah yaitu 39,5% dari total jumlah bayi di Indonesia. Berdasarkan Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, bayi di bawah usia 4 bulan yang diberikan ASI Eksklusif hanya 55%, sedangkan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 2 bulan hanya 64%. Bayi usia 3-4 bulan yang memperoleh ASI Eksklusif hanya 46%, dan 14% pada bayi 4-5 bulan. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (www.sinarharapan.co.id/berita/0708/30/kesra02.html).
Di Indonesia saat ini tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi, yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup, itu artinya satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. Menurut penelitian yang dilakukan di Ghana dan diterbitkan dalam Jurnal Ilmiah ”Pediatrics”, 22% kematian bayi baru lahir, yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. Mengacu kepada hasil penelitian tersebut, maka diharapkan program menyusui secara dini dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran. Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya (http://elib.fk.unpad.ac.id/jsp/ evaluasi/Laporan_PjmKoleksi.jsp).
Berdasarkan SDKI tahun 1997 melaporkan bahwa hanya 8,3% yang disusui dalam 1 jam pertama setelah lahir dari 52,7% yang disusui dalam 24 jam pertama. Sedangkan data SDKI tahun 2002 lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun 3,7% (http://www.depkes.go.id/indeks.php?option=news&tasks =viewarticle&sid=709&itemid=2). Dan pada tahun 2002-2003 data yang ada pada SDKI hanya ada 4% bayi yang mendapat ASI dalam satu jam pertama (http://elib.fk.unpad.ac.id/jsp/ evaluasi/Laporan_PjmKoleksi.jsp).
Menurut Penelitian dan Pengembangan Media dan Strategi Promosi ASI Eksklusif tahun 2007, secara umum praktik pemberian ASI secara eksklusif di Jawa Barat masih rendah yaitu 19,2%. Angka ini jauh lebih tinggi daripada angka prediksi para pakar gizi dan kesehatan yang memperkirakan masih dibawah 10% (http://www.p3gizi.litbang.depkes.go.id/ina).
Di Kabupaten tahun tercatat jumlah bayi sebanyak 11.444, sedangkan jumlah yang diberi ASI Eksklusif 5914 (51,67% dari target 70%) (Dinas kesehatan , ).
Sedangkan menurut data rekapitulasi laporan Kabupaten tahun jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif di Kecamatan tahun tercatat dari jumlah 210 bayi dimana seluruhnya tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Menurut Bidan Desa , jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif di tahun mencapai 40% dari 56 bayi yang ada, dimana angka tersebut masih rendah dan belum mencapai target yaitu 70%. Selain itu data tersebut belum dapat menggambarkan pemberian ASI Dini di Desa .Dimana pemberian ASI Dini yang kemungkinan lebih rendah dari pencapaian ASI Eksklusif.
Berdasarkan data di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Pemberian ASI Dini dan faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Dini di Desa Kecamatan tahun .

1.2 Rumusan Masalah
Belum diketahuinya gambaran pemberian ASI Dini di Desa dan faktor - faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI dini.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa Kecamatan .
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa Kecamatan .
1.3.2.2 Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa Kecamatan .
1.3.2.3 Diketahuinya hubungan sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa Kecamatan .
1.3.2.4 Diketahuinya hubungan pengalaman perilaku Ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa Kecamatan .

1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dibidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan secara khusus akan meneliti tentang perilaku Ibu terhadap pemberian ASI Dini di Desa Kecamatan tahun dilihat dari faktor pengetahuan, sikap, dan pengalaman, dimana data diambil berdasar data primer.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi penulis menambah pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini, serta sebagai sarana menerapkan ilmu yang telah dipelajari pada saat kuliah.
1.5.2 Bagi Desa yang diteliti, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa Kecamatan agar dapat meningkatkan cakupan ibu menyusui dini.
1.5.3 Bagi program studi D III Kebidanan STIKes YPIB , melengkapi khasanah bacaan/kepustakaan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa Kecamatan Kabupaten tahun .

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul