PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam  mencapai sasaran pembangunan milenium (millennium development  goals/MDGs) yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah  Indonesia, berbeda dengan Indonesia Sehat 2010, sasaran MDGs ada  indikatornya serta kapan harus dicapai. Sasaran MDGs ini bisa dijadikan  slogan “Indonesia Sehat di tahun 2015” sebagai pengganti slogan  sebelumnya. Dalam visi ini Indonesia mempunyai delapan sasaran MDGs  salah satunya yaitu mengurangi angka kematian bayi dan ibu pada saat  persalinan. Maksud dari visi tersebut yaitu kehamilan dan persalinan di  Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat,  dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal  melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang  aman. 
(http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/07/03/visi-indonesia-sehat-2015/)
WHO  memperkirakan sekitar 15–20% kematian ibu disebabkan oleh abortus.  Angka kematian ibu karena abortus yang tidak aman diperkirakan 100.000  wanita setiap tahun, 99% diantaranya terjadi di Negara–negara berkembang  termasuk Indonesia.
(www.locals/temp on line diakses tanggal 27 April 2011).
Survey  Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyatakan bahwa AKI di  Indonesia mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup, sebagai angka  tertinggi di ASEAN. Tingginya angka kematian ibu ini disebabkan oleh  berbagai penyebab yang kompleks yaitu sosial, budaya, ekonomi, tingkat  pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan gender. Dan penyebab  langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklampsi,  partus lama, dan komplikasi abortus. Hal ini menempatkan upaya  penurunan AKI sebagai program prioritas pemerintah (Depkes RI, 2000).
Di  Indonesia, sampai kini diperkirakan jumlah kasus aborsi mencapai 2 juta  per tahun 750.000 diantaranya dilakukan kalangan remaja. Kejadian  abortus inkomplit diperkirakan terjadi pada 10–15% kehamilan. (Depkes  RI, 2007).
Saat ini angka  kematian bayi dan angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, dimana  cakupan pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan  pasca persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah sehingga  keterampilan tenaga kesehatan perlu selalu ditingkatkan, karena  pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur  penentu status kesehatan (Syaifuddin AB, 2002).
Jumlah  kematian ibu maternal yang dilaporkan pada tahun 2006 di Sul-Sel  sebesar 101,56 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007  menurun menjadi 92,89 per 100.000 kelahiran hidup dan didapatkan jumlah  bayi pada tahun 2007 sebanyak 160.875 orang       (Dinas Provinsi  Sul-Sel 2008).
Berdasarkan  data yang diperoleh dibagian rekam medik RSU tahun ditemukan jumlah  kejadian abortus berkisar 348 kasus, dimana ibu hamil yang mengalami  abortus inkomplit sebanyak 229 orang (65,80%), abortus komplit sebanyak 7  orang (2,01%), abortus imminens 48 orang (13,79%), abortus insipiens            21 orang (6,03%), abortus habitualis sebanyak 4 orang (1,15%),  missed abortion sebanyak 15 orang (4,31%) dan abortus provokatus  sebanyak   24 orang (6,90%).
Frekuensi  abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan.  Kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus  spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan. Diperkirakan frekuensi  abortus spontan berkisar 10–15%, frekuensi dapat mencapai angka 50% bila  diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa  hari sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil  (Wiknjosastro H, 2005).
Berdasarkan  insiden diatas ternyata abortus merupakan masalah dunia yang  mempengaruhi kesehatan, kesakitan dan kematian serta kelangsungan  reproduksi wanita. Dimana fungsi reproduksi  ini sering merepotkan  manusia, banyak pasangan ingin sekali mendapat anak dengan berbagai cara  namun ironisnya disisi lain ada pasangan yang istrinya hamil tetapi  kehamilan tersebut tidak diinginkan dan menempuh segala cara untuk  menggugurkan kandungannya. (Bertens K, 2002).
Dengan  melihat data diatas yang menggambarkan sejumlah kasus abortus yang  masih sangat tinggi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian  tentang abortus inkomplit dengan judul “Gambaran Angka Kejadian Abortus  Inkomplit di RSU Tahun ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana gambaran angka kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil di RSU tahun ”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil di RSU tahun 
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil berdasarkan umur ibu
b. Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil berdasarkan gravida
D.  Manfaat Penelitian
1. Ilmiah
Hasil  penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah bagi dunia  pendidikan dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum  serta memperkaya khasanah ilmu pengatahuan dan juga dapat menjadi acuan  bagi peniliti selanjutnya.
2. Bagi Institusi
Hasil  penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan  acuan dalam rangka penentu kebijakan kejadian abortus.
3. Bagi Penulis
Merupakan  pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam meningkatkan pengetahuan  dan menambah wawasan tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian  abortus inkomplit.
4. Bagi Masyarakat / Pasien
Kiranya menambah wawasan dan pengetahuan tentang abortus khususnya abortus inkomplit.
silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul

