Karakteristik Kasus Solusio Plasenta di RSUD (kode109)

ABSTRACT
CHARACTERISTIC OF SOLUTIO PLACENTA AT DEPARTMENT OF OBSTETRICS AND GYNAECOLOGY RSUD  PERIOD 1st JANUARY -31st DECEMBER

Solutio placenta is the premature separation of the placenta from its site of implantation after 20 weeks of pregnancy and before the delivery of the fetus. Solutio placenta represent one of the obstetrical hemorrhage which is able to cause maternal death. Problem of solutio placenta is important to be known because this case represent one of the 3rd period pregnancy complication which can increase mortality number and morbidity number of mother and the fetus if its handling do not conducted precisely.
The descriptive and retrospective research have been conducted by taking data from RSUD   toward solutio placenta cases during period 1st January 31st December
From the result of research obtained 12709 obstetric cases including 33 solutio placenta cases (0.26%) where the amount of mother death (6.9%). The amount of baby life after intensive care (51.72%) is higher than the amount of baby dying (37.93%) and the amount of baby which is life healthily (10.35%).

BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas (1,2).
Penyebab terbanyak kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (1). Perdarahan pada ibu hamil dibedakan atas perdarahan antepartum (perdarahan sebelum janin lahir) dan perdarahan postpartum (setelah janin lahir). Solusio plasenta merupakan 30% dari seluruh kejadian perdarahan antepartum yang terjadi (3,4).
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok (5).
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5% disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu (5).
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari penelitian oleh Hard dan kawan-kawan diketahui bahwa 15% dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idiopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdarahan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertoni uterus yang menetap, gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi (2).
Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortalitas pada janin dan bayi baru lahir. Angka kematian janin akibat solusio plasenta berkisar antara 50-80%. Tetapi ada literatur lain yang menyebutkan angka kematian mendekati 100% (3).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian maternal di Indonesia pada tahun 1998-2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih cukup jauh dari tekad pemerintah yang menginginkan penurunan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup untuk tahun 2010. Angka kematian maternal ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Angka kematian maternal di Singapura dan Malaysia masing-masing 5 dan 70 orang per 100.000 kelahiran hidup (6).
Di RSUD solusio plasenta yang termasuk dalam hemoragi (perdarahan) antepartum menduduki peringkat ke-4 terbanyak berdasarkan data dari bagian Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUD yang menampilkan 10 kasus Obstetri terbanyak tahun

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul pertanyaan yang hendak dijawab dengan penelitian ini, yaitu:
1) Berapa angka kejadian solusio plasenta di RSUD selama periode 1 Januari 31 Desember ?
2) Berapa angka kejadian solusio plasenta ditinjau dari umur ibu di RSUD selama periode 1 Januari 31 Desember ?
3) Berapa angka kejadian solusio plasenta ditinjau dari paritas ibu di RSUD selama periode 1 Januari 31 Desember ?
4) Berapa distribusi kejadian hipertensi dalam kehamilan pada penderita solusio plasenta di RSUD  selama periode 1 Januari 31 Desember ?
5) Adakah riwayat trauma abdomen penderita solusio plasenta di RSUD selama periode 1 Januari 31 Desember ?
6) Apa jenis tindakan persalinan yang dilakukan dalam penanganan penderita solusio plasenta di RSUD selama periode 1 Januari 31 Desember ?
7) Bagaimana luaran ibu dan bayi pada penderita solusio plasenta yang dirawat di bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD pada saat keluar dari Rumah Sakit dalam periode 1 Januari 31 Desember ?
Maka berdasarkan hal di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut; “Bagaimana Karakteristik Kasus Solusio Plasenta di RSUD periode 1 Januari 31 Desember ?”.

1. 3 Tujuan Penelitian
1. 3. 1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik kasus solusio plasenta di RSUD periode 1 Januari 31 Desember
1. 3. 2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui angka kejadian solusio plasenta di RSUD periode 1 Januari 31 Desember
2) Mengetahui distribusi umur ibu penderita solusio plasenta di RSUD periode 1 Januari 31 Desember
3) Mengetahui distribusi paritas ibu penderita solusio plasenta di RSUD periode 1 Januari 31 Desember
4) Mengetahui distribusi hipertensi dalam kehamilan pada penderita solusio plasenta di RSUD   periode 1 Januari 31 Desember
5) Mengetahui distribusi trauma abdomen pada penderita solusio plasenta di RSUD periode 1 Januari 31 Desember
6) Mengetahui jenis tindakan persalinan yang dilakukan pada kasus solusio plasenta di RSUD  ......... periode 1 Januari 31 Desember
7) Mengetahui luaran ibu dengan solusio plasenta saat keluar dari RSUD periode 1 Januari 31 Desember
8) Mengetahui luaran bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita solusio plasenta saat keluar dari RSUD dalam periode 1 Januari 31 Desember

1. 4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1) Memberikan gambaran mengenai kasus solusio plasenta di RSUD periode 1 Januari 31 Desember
2) Sumber informasi bagi praktisi kesehatan dan pemerintah agar lebih memperhatikan masalah solusio plasenta sebagai salah satu faktor resiko penyebab kematian ibu dan anak yang dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam pengelolaan kasus-kasus solusio plasenta sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan anak.
3) Untuk kepentingan masyarakat ilmiah, sebagai data dasar bagi penelitian selanjutnya.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul
https://sites.google.com/site/androskripsi/KTI%20Skripsi%20kode109.zip?attredirects=0&d=1