Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA terhadap Infeksi Menular Seksual (kode039)

ABSTRAK
Sampai saat ini, infeksi menular seksual masih menjadi masalah kesehatan, sosial maupun ekonomi di berbagai negara. Di beberapa negara disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif akan menurunkan insidens infeksi menular seksual atau paling tidak insidensnya relatif tetap. Namun demikian, di sebagian besar negara insidens infeksi menular seksual relatif masih tinggi. Kebanyakan penderita infeksi menular seksual adalah remaja usia 15-29 tahun, tetapi ada juga bayi yang tertular karena tertular dari ibunya. Tingginya kasus penyakit infeksi menular seksual, khususnya pada kelompok usia remaja, salah satu penyebabnya adalah tingkat pengetahuan remaja yang relatif masih rendah. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi sikap remaja terhadap infeksi menular seksual.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswaii SMA terhadap infeksi menular seksual. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dan dilakukan dengan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh siswaii SMA .Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 orang dengan tingat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel kemudian didistribusikan secara proposional berdasarkan tingkatan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dan analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.
Hasil uji tingkat pengetahuan dan sikap siswaii SMA terhadap infeksi menular seksual menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan siswaii SMA berada dalam kategori kurang baik (52,4%) dan sikap siswaii tersebut termasuk dalam kategori cukup baik (57,1%).
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan pihak sekolah maupun luar sekolah dapat memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan pendidikan seks kepada siswaii tersebut.
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Remaja, Infeksi menular seksual

Sexually Transmitted Infections (STIs) remains as a current health problem, affecting both social and economic sectors in various countries. It is mentioned that intensive health education programmes in some places have indeed lowered the STIs incidents occurrence level, or at least preventing it from increasing. Nonetheless, in most countries, STIs incidents level is relatively still high. Youth, aged 15-29, forms the biggest population of STIs patients, followed by infants that vertically infected by the mothers. One of probable cause of high STIs incidents level among teenagers is the poor level of knowledge about STIs. This hence affects to the behavior of teenagers towards STIs.
This research aimed to find out the level of knowledge and attitude of students of SMA towards STIs. The research was a descriptive study and was conducted with cross-sectional approach survey method. The research population was the entire students of SMA .A total of 84 samples were collected with relatively accuracy (d) of 0,1. Sampling was conducted through stratified random sampling technique. Subsequently, the samples were distributed proportionally based on class level. Data was collected using questionnaires and then analyzed by using descriptive statistic method.
The result of the study shows that the level of knowledge for most of the students in SMA towards STIs is categorized as insufficient (52,4%). However, on the other hand, the attitude of the students towards STIs is categorized as sufficient (57,1%).
Therefore, as shown in the result of the study, it is strongly recommended that both the school administers and family members could work together in educating the students regarding health reproduction issue as well as sex education concurrently.
KeyWords: Knowledge, Attitude, Teenagers, Sexual Transmitted Infections

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B. Beberapa diantaranya, yakni HIV dan syphilis, dapat juga ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan dan kelahiran, dan melalui darah serta jaringan tubuh.
Sampai sekarang, infeksi menular seksual masih menjadi masalah kesehatan, sosial maupun ekonomi di berbagai negara (WHO, 2003). Peningkatan insidens infeksi menular seksual dan penyebarannya di seluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif akan menurunkan insidens infeksi menular seksual atau paling tidak insidensnya relatif tetap. Namun demikian, di sebagian besar negara insidens infeksi menular seksual relatif masih tinggi (Hakim, 2003). Angka penyebarannya sulit ditelusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang terdata hanya sebagian kecil dari penderita sesungguhnya (Lestari, 2008).
Di Indonesia, infeksi menular seksual yang paling banyak ditemukan adalah syphilis dan gonorrhea. Prevalensi infeksi menular seksual di Indonesia sangat tinggi ditemukan di kota Bandung, yakni dengan prevalensi infeksi gonorrhea sebanyak 37,4%, chlamydia 34,5%, dan syphilis 25,2%; Di kota Surabaya prevalensi infeksi chlamydia 33,7%, syphilis 28,8% dan gonorrhea 19,8%; Sedang di Jakarta prevalensi infeksi gonorrhea 29,8%, syphilis 25,2% dan chlamydia 22,7%. Di , kejadian syphilis terus meningkat setiap tahun. Peningkatan penyakit ini terbukti sejak tahun 2003 meningkat 15,4% sedangkan pada tahun 2004 terus menunjukkan peningkatan menjadi 18,9%, sementara pada tahun 2005 meningkat menjadi 22,1%. Setiap orang bisa tertular penyakit menular seksual. Kecenderungan kian meningkatnya penyebaran penyakit ini disebabkan perilaku seksual yang bergonta-ganti pasangan, dan adanya hubungan seksual pranikah dan diluar nikah yang cukup tinggi. Kebanyakan penderita penyakit menular seksual adalah remaja usia 15-29 tahun, tetapi ada juga bayi yang tertular karena tertular dari ibunya (Lestari, 2008).
Tingginya kasus penyakit infeksi menular seksual, khususnya pada kelompok usia remaja, salah satu penyebabnya adalah akibat pergaulan bebas. Sekarang ini di kalangan remaja pergaulan bebas semakin meningkat terutama di kota-kota besar. Hasil penelitian di 12 kota besar di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah melakukan hubungan seksual. Pakar seks juga spesialis Obstetri dan Ginekologi dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar 5% pada tahun 1980-an, menjadi 20% pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut didapat dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia. Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut umumnya masih bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) (Rauf, 2008).
Pengetahuan tentang infeksi menular seksual dapat ditingkatkan dengan pemberian pendidikan kesehatan reproduksi yang dimulai pada usia remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan
pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga mengenai bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang belum diharapkan atau kehamilan berisiko tinggi (BKKBN, 2005). Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mendapatkan bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja terhadap infeksi menular seksual agar dapat diketahui apakah diperlukan tambahan pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja dalam upaya menghambat peningkatan insidens infeksi menular seksual di kalangan remaja dewasa ini.

1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini adalah bahwa penulis ingin mengetahui:
Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja SMA terhadap infeksi menular seksual?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja SMA terhadap infeksi menular seksual.
Tujuan Khusus •
Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Memperoleh informasi tentang pengetahuan remaja SMA tentang infeksi menular seksual.
2. Memperoleh informasi tentang sikap remaja SMA terhadap infeksi menular seksual.

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota mengenai gambaran pengetahuan dan sikap remaja terhadap infeksi menular
seksual sehingga dapat direncanakan suatu strategi untuk menindaklanjutinya.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah dalam memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada kalangan remaja.
3. Sebagai bahan masukan bagi orang tua dalam upaya merangsang kepedulian orang tua terhadap pendidikan seksual anak yang dimulai pada usia remaja.
4. Sebagai bahan masukan bagi remaja dalam menyikapi hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul