Gambaran Karakteristik Ibu yang tidak Memberikan ASI Eksklusif di Desa (kode025)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi yang nilainya tidak bisa digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam menghasilkan manusia yang berkualitas. 1
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini sebelum usia enam bulan. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui ASI Eksklusif berhasil. Banyak alasan yang dikemukan ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASInya tidak cukup, ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak percaya diri bahwa ASInya cukup untuk bayinya. Informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar, pemberian ASI Eksklusif belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu.1
Akhir-akhir ini, sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6 bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang melayang setelah kelahiran. Sementara itu, menurut UNICEF, ASI eksklusif dapat menekan angka kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak lahir tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi.1
Badan Pusat Statistik melalui Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia mengestimasikan indikasi penurunan dari tahun ke tahun, Angka Kematian Bayi pada tahun 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002-2003 yang sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup.2
Angka ASI eksklusif di Indonesia bervariasi, yakni sekitar 30-60%. WHO, UNICEF dan departemen kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih.3
Berdasarkan data Susenas di Indonesia tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi di bawah 6 bulan meningkat dari 58,9% pada tahun 2004 menjadi 62,2% pada tahun 2007, tetapi kemudian menetap dan sedikit menurun menjadi 56,2% tahun 2008.4
Menurut profil kesehatan Provinsi tahun 2007 cakupan pemberian ASI eksklusif di yaitu 53,75%.5
Menurut pengembangan database pembangunan gizi bidang kesehatan dan gizi masyarakat cakupan pemberian ASI eksklusif di 30% pada tahun 2003 dan 32,4% pada tahun 2007.2
Menurut profil kesehatan Provinsi tahun 2008 cakupan pemberian ASI eksklusif di yaitu 42,60%. Di kabupaten cakupan pemberian ASI eksklusif yaitu 31,08%. 5
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk mengetahui “Gambaran karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Kabupaten tahun .6

1.2 Identifikasi Masalah
Bagaimanakah gambaran karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Kabupaten tahun ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Kabupaten tahun .
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa ditinjau dari umur ibu.
2. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa ditinjau dari paritas ibu.
3. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa ditinjau dari tingkat pendidikan ibu.
4. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa ditinjau dari pekerjaan ibu.
5. Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa ditinjau dari penghasilan keluarga.
6. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif
7. Mengetahui dukungan keluarga kepada ibu selama ibu menyusui.
8. Mengetahui alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif.

1.4 Kegunaan Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi dan dapat memberikan masukan sebagai bacaan bagi rekan sejawat dan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada sebagai masukan dalam program kerja mengenai pemberian ASI eksklusif pada bayi.

1.5 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun 1997 dan 2003, diketahui bahwa angka pemberian ASI eksklusif turun dari 49% menjadi 39%, sedangkan penggunaan susu formula meningkat tiga kali lipat.3
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Hellen Keller International pada tahun 2002 di Indonesia, diketahui bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya mendapatkan ASI 1,7 bulan. Padahal, kajian WHO yang dituangkan dalam Kepmen No. 450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan. Turunnya angka ini terkait pengaruh sosial budaya di masyarakat, yang menganjurkan supaya bayi diberi makanan tambahan sebelum berusia 6 bulan.3
Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI. 3
Menurut penelitian Dodik Briawan tahun 2004 pada saat ini banyak ibu-ibu yang memperoleh nafkah dengan bekerja di luar rumah. Wanita di perkotaan kebanyakan bekerja baik di sektor formal maupun informal. Pada kondisi tersebut, bagi ibu yang sedang menyusui sulit untuk tetap dapat menyusui anaknya, apalagi kalau tempat tinggal berjauhan dengan tempat bekerja. Demikian pula jika perusahaaan tempat bekerja menetapkan aturan yang ketat terhadap jam kerja karyawannya.7
Studi di Aceh terhadap 150 ibu menyusui, pada bulan pertama dijumpai sampai 96,7%, namun yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan hanya 31,9%. Pemberian ASI tersebut berhubungan dengan tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu.7
Pada ibu-ibu kelompok sosial-ekonomi menengah sudah banyak terpengaruh oleh iklan dan promosi susu formula. Meskipun tanpa disusui sendiri oleh ibunya, kebanyakan ibu-ibu percaya bahwa anaknya akan tetap sehat dan cerdas seperti dalam iklan apabila bayi diberikan tambahan susu formula.7
Kelompok ibu-ibu yang sehat dan produksi ASI-nya bagus, sebetulnya yang paling memungkinkan dapat memberikan ASI dengan baik. Tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain faktor keluarga dan kekerabatan. Tidak semua suami atau orangtua akan mendukung pemberian ASI. Misalnya, suami merasa tidak nyaman apabila isterinya menyusui. Pada waktu seorang ibu melahirkan, keluarga besar atau kerabatnya berdatangan untuk membantu merawat ibu dan bayinya. Pada saat itu mereka memberikan makanan/minuman pada usia yang sangat dini.7
Tidak semua ibu dapat memberikan ASI kepada bayinya. Studi Seaman di Pensylvania, hanya sekitar 44% ibu –ibu yang menyusui bayinya saat di rumah sakit, dan enam bulan kemudian menjadi 13%. Dari mereka yang memberikan susu formula, 36% karena suami merasa kurang nyaman, dan 24,3% karena pengaruh nenek-kakek dan anggota keluarga lain. Pandangan para ayah yang merasa tidak nyaman dengan kegiatan menyusui merupakan alasan utama para ibu memilih memberikan susu formula.7
Dari penelitian Novi Wahyuningrum di Desa Sadang Kabupaten Kudus tahun 2007 dapat diketahui bahwa 22 orang dengan persentase 55% memiliki tingkat pengetahuan terhadap ASI eksklusif masih kurang, 11 orang dengan persentase 27.5% memiliki tingkat pengetahuan terhadap ASI eksklusif sedang, dan 7 orang dengan persentase 17.5% memiliki tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif baik.8
1.1 Kerangka pemikiran
1.6 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi deskriptif dengan pendekatan cross sectional mengambil data primer berupa kuesioner.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa dan waktu penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober .

silahkan downlod KTI Skripsi dengan judul